Rabu, 11 November 2015

Pemeriksaan Vital Signs

Postingan kali ini membahas tentang Pemeriksaan Vital Signs, dengan fokus bahasan meliputi Pengertian, macam-macam pemeriksaan vital signs, dan prosedur pemeriksaannya.

Pengertian Vital Signs
Vital signs merupakan tanda-tanda vital yang sangat mempengaruhi kesetimbangan keadaan haemodinamik seseorang. Adanya perubahan pada tanda vital mengindikasikan adanya gangguan organ yang berperan dalam menjaga keseimbangan haemodinamik.Tanda-tanda vital ini terdiri dari tekanan darah (blood pressure), denyut nadi (pulse rate), laju pernapasan (respiratory rate), dan suhu tubuh.

Pemeriksaan vital sign merupakan suatu pemeriksaan terkait dengan tanda-tanda vital untuk menilai kesehatan fisik seseorang secara umum menuju ke tahap perburukan atau perbaikan serta membantu mendiagnosa penyakit yang mungkin. Pemeriksaan vital signs penting dilakukan untuk memantau keadaan pasien yang sedang dalam masa perawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan. Prinsip pelaksanaan pemeriksaan ini tidak selalu sama pada setiap pasien, hal ini bergantung pada kondisi pasien. Pada pasien dengan kegawatdaruratan, tentunya pemeriksaan vital signs akan lebih sering dilakukan untuk mengobservasi keadaan pasien.

Macam-Macam Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan vital signs, penilaian fungsi jantung dan pernapasan harus lebih diutamakan. Sehingga, ada baiknya pemeriksaan tanda vital dimulai dengan pengukuran tekanan darah, dilanjutkan dengan pemeriksaan denyut nadi, kemudian frekuensi laju pernapasan, dan diikuti dengan pemeriksaan suhu tubuh. Berikut ini uraian lebih lanjut dari tiap-tiap pemeriksaan.

(1) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan dan jumlah darah yang dipompa baik ke sirkulasi pulmoner maupun sitemik yang bergantung pada siklus jantung. Tekanan darah akan lebih tinggi pada keadaan sistolik (waktu ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan ke seluruh tubuh) dan sedikit menurun pada keadaan diastolik (waktu ventrikel berelaksasi dan darah menuju ke ventrikel). Tinggi rendahnya tekanan darah dapat dipengaruhi oleh aktivitas, asupan makanan, dan keadaan psikis.


Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut nadi. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini ialah sphygmomanometer (tensi meter) dan sebuah stetoskop. Sphygmomanometer sendiri terdiri dari 3 jenis, yakni spygmomanometer mercury (air raksa), aneroid (jarum), dan elektronik. Dari ketiga jenis tensi meter tersebut, tensi meter air raksa yang sering digunakan karena hasil yang didapat lebih akurat.

sphygmomanometer
Sphygmomanometer

Selain itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan tekanan darah ialah ukuran manset yang digunakan harus sesuai dengan usia. Perhatikan tabel dibawah ini terkait ukuran minimal manset untuk pengukuran tekanan darah:

Neonatus
5   cm
Anak > 5 Tahun
12 cm
Manset yang biasa tersedia
23 cm
Lengan normal yang tidak kurus
35 cm
Lengan yang berotot dan gemuk
42 cm






Artikel Penunjang : Pengertian, Prinsip, dan Metode Pemeriksaan Fisik Umum
Prosedur pemeriksaan:
  • Mengatur posisi pasien dalam keadaan duduk/berbaring dengan lengan rileks, siku sedikit menekuk dan lengan pakaian diangkat hingga ke atas;
  • Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek saluran pipa, dan meletakkan manometer vertikal;
  • Memasang manset pada lengan atas, 3 cm di atas fossa cubitti. Pemasangan jangan terlalu ketat atau longgar;
  • Carilah ateri brakialis, biasanya disebelah medial tendon bisep;
  • Lakukan perabaan pada arteri brakilais dengan satu jari dan tangan yang lain melakukan pemompaan pada manset sampai kira-kira 30 mmHg di atas tekanan ketika arteri brakialis tidak teraba lagi;
  • Turunkan tekanan manset secara perlahan, sampai denyutan arteri brakilais teraba kembali. Inilah yang disebut tekanan sistolik papatoir;
  • Kemudian ambil stetoskop dalam keadaan corong bel terbuka diletakkan tepat di arteri brakialis untuk memudahkan auskultasi;
  • Pompa kembali manset sampai kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir;
  • Secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan 3-4 mmHg/detik. Dengar dan perhatikan denyut arteri brakialis mulai terdengar kembali. Catat hasil yang ditunjukkan oleh jarum pada sphygmomanometer.
Interpretasi nilai tekanan darah yang didapatkan dari hasil pemeriksaan dapat merujuk pada nilai tekanan darah berdasarkan JNC VII berikut ini:

Normal
<120/80 mmHg
Prehipentensi
120-139 mmHg/ 80-89 mmHg
Hipertensi stadium 1
140-159 mmHg/ 90-99 mmHg
Hipertensi stadium 2
>160 mmHg/ >100 mmHg

(2) Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan suatu gelombang tekanan yang timbul dan  bergerak cepat pada arteri dipengaruhi oleh kerja jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah arteri.

Frekuensi denyut nadi dalam satu menit sama dengan frekuensi denyut jantung dalam satu menit. Denyut nadi dapat diperiksa dengan melakukan perabaan pada arteri radialis ataupun nadi perifer lain. Namun, lokasi tersering yang digunakan untuk pemeriksaan denyut nadi ialah pada arteri radialis.

Penilaian yang dilakukan dalam pemeriksaan denyut nadi meliputi:
  • Tegangan nadi , Tegangan biasanya berkaitan sengan tekanan darah. Tegangan nadi terdiri dari, (1) pulsus normal, (2) pulsus mollis/ tegangan nadi lunak, (3) pulsus durus/ tegangan nadi keras.
  • Isi nadi, Interpretasi isi nadi dapat berupa kecil ataupun besar. Hasil ini bergantung pada curah jantung dan keadaan pembuluh darah.
  • Frekuensi, Frekuensi denyut nadi normal ialah 60-100x/menit. Jika frekuensinya >100x/menit disebut takikardia, dan jika frekuensinya <60x/menit disebut bradikardia. Tinggi rendahnya frekuensi denyut nadi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, aktivitas, suhu tubuh, volume darah, keadaan psikis, posture tubuh, irama sirkadian, dan obat-obatan tertentu.
  • Irama, Pada seseorang yang kondisi haemodinamiknya baik, biasanya irama yang diperoleh itu reguler (irama nadi teratur). Namun, pada seseorang dengan penyakit jantung aatau kondisi tententu akan diperoleh irama yang irregular (tidak teratur).

Prosedur pemeriksaan:
  • Meletakkan tangan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks;
  • Meraba arteri radialis menggunakan 3 jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis);
  • Menghitung frekuensi denyut nadi minimal selama 1 menit atau, jika irama nadi kedua sisi tangan regular dapat dihitung selama 15 detik. Hasil yang didapat kemudian dikalikan empat.
  • Menilai irama dan isi nadi.


(3) Pernapasan
Bernapas merupakan suatu proses yang terdiri dari inspirasi dan ekspirasi yang dbantu oleh otot-otot bantu pernapasan. Pemeriksaan pernapasan merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk menilai fungsi sistem pernapasan yang dapat meliputi tipe, frekuensi, dan kedalaman pernapasan. Frekuensi bernapas normal ialah 16-20x/menit. Jika frekuensi pernapasan diatas 20 x/menit maka disebut sebagai pernapasan cepat (takipnea) dan jika frekuensinya kurang dari 16x/menit disebut sebgai pernapasan lambat (bradipnea).Sedangkan untuk penilaian kedalaman pernapasan, pada orang normal akan didapatkan pernapasan yang tidak dalam dan juga tidak dangkal.


Prosedur pemeriksaan:
  • Pasien diminta untuk melepaskan baju bisa dalam keadaan duduk atau berbaring;
  • Melakukan inspeksi atau pada punggung/dada dengan kedua tangan untuk menghitung gerakan pernapasan selama 1 menit;
  • Menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
Artikel Penunjang : Bunyi Pernapasan Normal dan Tambahan
(4) Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu tubuh bertujuan untuk menilai keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas oleh tubuh. Pemeriksaan suhu tubuh biasanya diperiksa menggunakan termometer, baik termometer air raksa maupun elektrik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada mulut, lipatan ketiak (aksila), lipat paha, dan anus (rektum).

Termometer
Termometer

Pemeriksaan pada rektum memberikan nilai yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 derajat dan aksila biasanya lebih rendah dibanding pemeriksaan lewat mulut. Lokasi pemeriksaan tersering ialah pada bagian ketiak (aksila). Nilai suhu tubuh normal ialah 36,6°C-37,2°C. Rentang suhu ini dapat meningkat dan menurun dipengaruhi oleh perubahan cuaca.

Prosedur pemeriksaan:
Pemeriksaan Pada Mulut (Oral)
1.       Kibaskan termometer hingga menunjukkan suhu dibawah35,5°C;
2.      Masukkan termometer dibawah lidah pemeriksa;
3.      Minta pasien menutup mulut dan tunggu 2-3 menit;
4.      Kemudian keluarkan termometer dari mulut dan baca hasil.

Pemeriksaan Pada Rektum
Pemeriksaan suhu pada rektum sering dilakukan pada bayi atau dewasa dengan renjatan. Prosedurnya meliputi:
1.      Ambil termometr dengan ujung yang bulat, lumasi bagian ujungnya;
2.      Masukkan ujung yang telas diberi pelumas kedalam anus sedalam 3-4 cm;
3.      Cabut dan lakukan pembacaan setelah 3 menit.

Pemeriksaan Pada Ketiak
1.      Kibaskan termometer hingga menunjukkan suhu dibawah35,5°C;
2.      Ujung termometer yang berisi air raksa ditempatkan pada apex fossa axilaris (puncak ketiak) dengan sendi bahu adduksi (mendekati sumbu tubuh);
3.      Cabut dan lakukan pembacaan setelah 3-5 menit.

Demikian pembahasan kali ini mengenai Pemeriksaan Vital Signs, dengan fokus bahasan meliputi pengertian, macam-macam pemeriksaan vital signs, dan prosedur pemeriksaannya. Semoga informasi yang kami sajikan bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar